Kalimat diatas memang terkesan ambigu dan sedang naik pamor dikalangan anak muda yang berkonotasi lebih berarah kepada negative, sedangkan yang saya bahas disini adalah “PR banget deh!” dalam konotasi positif yang lebih berarah kepada urgensitas yang harus segera dituntaskan.
Kalimat ini tercetus ketika saya sedang menggunakan jasa kereta api jabodetabek kelas ekonomi ke jurusan Jakarta lebih tepatnya, saya sangat prihatin terhadap kondisi penumpang-penumpang yang kebanyakan berasal dari kelas marjinal, yang memang naik kereta kelas ekonomi ini karena tidak punya pilihan lain yang lebih murah. Mereka setiap hari bersusah payah berdesakan naik ke kereta ekonomi yang kadang sering tidak manusiawi kepadatannya, dengan segala ketidaknyamanannya mereka datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, untuk sekedar melihat peluang yang mereka pikir dapat menjawab masalah-masalah yang mereka bawa dari asal daerah mereka.
Saya sangat miris melihat kenyataan itu, dimana urbanisasi menjadi momok yang seperti dihalalkan oleh masyarakat dan juga PEMERINTAH. Saya sedih melihat begitu banyak orang yang tidak beruntung dan mereka tidak dapat melepaskan diri mereka dari kesusahan mereka tersebut, entah saya mungkin terlalu perasa atau tidak, saya merasa naik kereta ekonomi seperti melihat papan tulis yang berisikan soal soal pekerjaan sekolah atau rumah yang harus diselesaikan. Saya memang masih belum menemukan format yang paling tepat untuk menjawab masalah-masalah ini, mungkin bidang yang akan saya konsentrasikan adalah pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi yang saya harapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat kita. Saya masih banyak harus belajar, saya masih belum tahu banyak hal. Namun saya akan berusaha menjawab PR ini, paling tidak satu soal saja dulu.
